BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Memenuhi
komitmen ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan
pangan dan budaya lokal, pemerintah telah menetapkan UU No 25 tahun 2000
mengenai program peningkatan pangan. Salah satu tujuan program tersebut memuat
tentang upaya meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan konsumsi
pangan yang bersumber dari hortikultura dan produk olahannya dalam upaya
menjamin ketersediaan gizi masyarakat (Nainggolan, 2004). Dari penjabaran
Undang – Undang tersebut kebijakan penganekargaman pangan dilakukan antara lain
dengan mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pangan. Berdasarkan hal
tersebut pengembangan pangan tradisional diarahkan untuk meningkatkan nilai
tambah produk pangan tradisional serta frekwensi promosi.
Awal terciptanya bermacam olahan buah nanas
ini disebabkan melimpahnya hasil produksi nenas di Desa Tangkit Baru yang tidak
lagi tertampung oleh pasar sehingga banyak nenas yang busuk dan terbuang
percuma dan hanya menjadi sampah di pinggir sepanjang jalan Desa Tangkit Baru
dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari sinilah, beberapa orang mencoba
membuat olahan buah nenas seperti Dodol Nenas, Salai Nanas, Selai Nenas Goreng
dan beberapa variasi olahan nenas lainnya, hingga pada tahun 1998 mulailah
bermunculan home-home industri yang memproduksi olahan buah nenas dan jenis
makanan lainnya. Hasil produksi Home Industri yang berada di Desa Tangkit Baru
kini sudah banyak di jumpai di Swalayan-swalayan dan supermarket yang berada di
Kota Jambi dan sekitarnya dengan berbagai jenis olahan yang berbahan dasar buah
nenas.
Pengolahan
produk nenas ini merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kehilangan
hasil panen saat panen raya. Dalam keadaan segar buah – buahan dengan kadar air
yang cukup tinggi tidak dapat bertahan bila disimpan lama. Kandungan air yang
tinggi akan mengundang mikrooraginsme untuk tumbuh yang dapat menyebabkan
terjadinya pembusukan. Oleh karena itu untuk menghasilkan produk olahan nenas
yang berkualitas dimulai dari penanganan bahan baku yang baik sesuai dengan
tujuan penggunaan selanjutnya. Nenas yang akan digunakan sebagai bahan baku
untuk berbagai produk olahan harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Karena hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir nantinya (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, 2007). Disamping itu juga pengananan bahn baku yang
baik akan mengurang kontaminasi sejak awal proses, sehingga pada tahap
selanjutnya kualitas bahan baku dapat dipertahankan.
Permintaan pasar dalam negeri
(domestik) terhadap buah nenas terutama untuk konsumsi buah segar mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan serta
permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Dilain pihak permintaan
pasar dunia terhadap buah nenas juga terus meningkat cukup besar, hal ini dapat
dilihat dari data BPS yang menyatakan bahwa permintaan nenas menempati
peringkat ke dua setelah pisang, terutama dalam bentuk kalengan (canning)
disamping buah segar. Di Indonesia
penyebaran tanaman nenas sudah hampir merata di semua daerah, sehingga
setiapmlapisan masyarakat mengenal buah nenas. Hal ini disebabkan kondisi
agroklimatologis di wilayah Indonesia sangat cocok untuk budidaya nenas.
Terbukti di semua provinsi Indonesia sudah mengembangkan tanaman nenas ini.
Daerah produsen nenas paliig luas adalah Propinsi Jawa Timur mencapai 124.027
ha, kemudian disusul Sumatera Utara 19.480 ha, Riau 8.469 ha, Sumatera Selatan
4.833 ha, Jawa Barat 3.465 ha. Sedangkan propinsi lainnya di bawah 1.500 ha (
Pikiran Rakyat, 2 Mei 1992).
Desa Tangkit Baru, Kecamatan Kurnpeh
Ulu, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi adalah salah satu sentra produksi
nanas yang cukup besar, dimana luas lahan yang ditanami nanas adalah sekitar
660 hektar, desa tersebut merupakan daerah baru yang penduduknya sebagian besar
berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis) dan mempakan transmigrasi swakarsa
mandiri yang cukup sukses dalam peningkatan pendapatan petaninya melalui budidaya
nanas, sehingga dengan keberhasilannya desa tersebut di daerah Jambi terkenal
dengan desa "agribisnis". Sehubungan dengan hal tersebut penulis
tertarik untuk memilih judul tentang usaha rumah tangga/agroindustri di Tangkit
Baru, Jambi ini.
1.2 Perumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini adalah sebagai
berikut:
-
Mengenal tentang tata cara pembuatan
dodol
-
Upaya-upaya apa saja yang harus
dilakukan oleh pengusaha agar produksinya meningkat?
-
Tata cara apa saja untuk menjalankan
usaha dengan menerapkan fungi manajemen?
1.3 Tujuan dan Manfaat
-
Menngetahui tentang
asal-usul dodol
-
Menerapkan
fungsi-fungsi manajemen dalam usaha pembuatan dodol
-
Mengetahui tentang cara
pengolahan dodol yang baik
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi Dodol
Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian
yang termasuk dalam jenis makanan yang mempunyai sifat agak basah sehingga
dapat langsung dimakan tanpa dibasahi terlebih dahulu (rehidrasi) dan cukup
kering sehingga dapat stabil dalam penyimpanan. Dodol termasuk jenis makanan
setengah basah (Intermediate Moisture Food) yang mempunyai kadar air
10-40 %; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak; mempunyai sifat elastis, dapat langsung
dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan.
(Astawan dan Wahyuni, 1991)
Buah-buahan kadang juga ditambahkan untuk memberikan rasa
yang diinginkan. Dodol yang berkualitas baik adalah dodol dengan tekstur yang
tidak terlalu lembek, bagian luar mengkilap akibat adanya pelapisan gula atau glazing,
rasa yang khas dan jika mengandung minyak tidak terasa tengik. Beberapa jenis
dodol yang berlemak menjadi tengik akibat adanya kerja enzim lipase yang tahan
panas dan adanya reaksi oksidasi (Setiawihardja, 1994).
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari
santan kelapa, tepung beras ketan, gula pasir dan garam. Tepung beras ketan
memiliki kadar amilopektin yang tinggi sehingga memberi sifat elastis pada
produk dodol. Santan yang mengandung lemak memberi efek rasa yang lezat dan
tekstur akan lebih kalis. Sedangkan jenis gula yang digunakan bisa gula pasir
ataupun gula merah. Dalam hal ini gula akan memberi efek rasa manis, aroma dan
warna coklat. Selain itu gula juga berperan sebagai pengawet dan membantu dalam
pembentukan tekstur.
2.2
Definisi dan Klarifikai Nanas
Nanas merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang banyak disukai masyarakat, karena rasa buahnya yang manis,
lezat dan aroma yang harum dengan warna dan bentuk yang menarik. Nanas
mengandung vitamin C yang tinggi disamping vitamin A dan Vitamin B serta
mineral lainnya. Nilai gizi nanas yang tinggi berpotensi untuk dikembangkan
menjadi bahan baku industri makanan dan minuman.
Nanas merupakan tanaman buah berupa
semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah
danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan
orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika
Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad
ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia,
masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Tanaman ini kini dipelihara di
daerah tropik dan sub tropik. Klasifikasi tanaman nanas adalah:
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo
: Farinosae (Bromeliales)
Famili
: Bromiliaceae
Genus
: Ananas
Species
: Ananas comosus (L) Merr.
Berdasarkan
habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu
: Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri
tajam, buah lonjong mirip kerucut),
Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat
dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau
seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia
adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan
India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di
Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul
adalah nanas Subang, Bogor dan Palembang (Kementrian Riset dan Teknologi,
2000). Buah nanas yang sudah masak biasanya mengeluarkan bau (ganda) nanas.
Tanda-tanda lain adalah jarak mata-mata sudah melebar, tepinya agak membundar
dan agak mendatar (ceper) bentuknya. Untuk jenis-jenis nanas yang termasuk
golongan yang menguning buahnya, kalau masak dapat juga dipergunakan warna dari
buah itu. Untuk jenis-jenis nanas yang termasuk golongan yang tidak menguning
kulit buahnya dengan sendirinya perubahan warna kulit tidak dapat diginakan
sebagai tanda tentang kemasakan buah Buah nanas yang telah matang tidak tahan
lama, 4-5 hari setelah panen sudah mulai membusuk. Bagian yang dapat dimakan
buah nanas mengandung air sebanyak 85%, protein 0,4%, gula 14%, lemak 0,1%,
serat 0,5%, serta banyak mengandung vitamin A dan B.
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Perencanaan Usaha
3.1.1 Perencanaan Jenis
Usaha
Jenis usaha yang
dijalankan adalah bersifat home industry dengan kondisi lingkungan yang
digunakan adalah berupa rumah kecil yang dilengkapi dengan dapur untuk memasak
dan ruko kecil untuk menampung tempat
usaha pembuatan dodol nanas. Usaha yang dikerjakan adalah berupa makanan khas
betawi yaitu dodol, namun yang berbeda adalah dodol dengan bahan baku nanas
yang mempunyai cita rasa yang berbeda antara rasa manis dan rasa asam dari
nanas muda itu sendiri. Dengan dibuatnya dodol dengan cita rasa yang berbeda
ini akan menambah makanan khas dar:i Indonesia yang nanantinya akan menjadi
makanan oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Jambi.
3.1.2 Perencanaan
Tempat Usaha
Usaha
dodol nanas ini rencananya akan dikerjakan didaerah Desa Tangkit Baru ysng
mempunyai sumber daya nanas yang melimpah. Nanas didaerah Desa Tangkit Baru ini
terkadang tidak terjual habis akibat panen yang berlebihan dan tidak dapat lagi
tertampung oleh pasar. Maka dari itu saya ingin membangun usaha didaerah Desa
Tangkit Baru. Selain itu usaha dodol nanas ini didaerah Desa Tangkit Baru tidak
banyak memiliki pesaing.
3.1.3 Perencanaan Modal
Usaha
Modal
awal usaha tahun pertama dalam
menjalankan usahanya adalah Rp 2000.000. usaha yang dijalankan pertama kali
masih merupakan usaha kecil yanng hanya bisa memasarkan kewarung sekitar rumah
karena dodol nanas ini belum bisa bertahan lama. Dengan beberapa tahun
percobaan maka mulai didapatkan formulasi dodol yang dapat bertahan lama. Modal
yang didapatkan adalah dari hasil tabungan sendiri dan bukan didapat dari
bantuan pemerintah maupun bank.
Pada
tahun ke2 usaha pembuatan dodol nanas
ini menjadi meningkat sehingga diperlukan alat-alat yang canggih yang dapat
membuat dodol secara efektif dan efisisen sehingga dibuatlah pembuatan
pengadukan dodol menggunakan gardan mobil.
Setelah
tahun ke 5 mulai membangun usaha yang besar dengan menyiapkan gedung, alat-alat
pemasaran dan pengolahan dodol nanas. Total keseluruhan modal yang dikeluarkan
untuk pembangunan ini sebesar Rp 100.000.000 dana yang didapat merupakan
tabungan dari beberapa hasil jualan selama beberapa tahun bisa juga didapatkan
dari bantuan pemerintah maupun Bank.
3.1.4 Perencanaan Pemasaran
Jumlah bahan baku yang
direncanakan dalam satu kali produksi adalah 70 kg dengan menghasilkan 35 kg
dodol nanas. Rencana pemasara ini akan dilakukan ke kota Besar seperti pusat
kota Jambi,Pekanbaru dan Batam.
Pemasaran
pertamakali usaha yaitu melalui penitipan dodol nanas diwarung-warung sekitar
rumah. Pada tahun pertama mulai berproduksi skala besar dengan menjual hasil
olahan dodol nanas kekota dan ruko-ruko besar. Pada tahun kelima mulai memasarkan dodol nanasnya ke
Pekanbaru dengan menggunakan label penjualan yang ada di Pekanbaru. Perlunya
memiliki mitra kerja dengan hanya memberikan bahan olahan yang telah jadi
kepada pengusah yang ada di Pekanbaru tanpa memasarkan secara langsung. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan pemasaran dengan cara memakai label yang telah dikenal
oleh masyarakat yang ada di Pekanbaru. Pada akhir tahun ini rencana pemasaran
dodol nanas akan mulai ditingkatkan dengan carta menjual dodol nanas ke daerah
Batam dengan metode yang sama seperti penjualan ke Pekanbaru.
3.2 Pengorganisasian
3.2.1 Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Manusia
Sumber
Daya Alam ( SDA ) untuk proses pengolahan dodol nanas didapatkan dari sekitar
lingkungan Desa Tangkit Baru dan dari lahan pribadi yang dimiliki. Untuk sumber
daya manusia ( SDM ) didapatkan dari Desa Tangkit Baru dan dari keluarga . Pada
awalnya SDM ini perlu dilatih untuk mendapatkan hasil kerja yang baik yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. SDM yang digunakan
sebagian besar adalah wanita yang masih muda yang memiliki semangat kerja yang
tinggi. SDM terlebih dahulu harus dilatih untuk membuat dodol yang baik.
Aspek
Organisasi/Manajemen
Struktur
usaha ini sangat sederhana yaitu terdiri pemilik usaha/pemodal , manajer dan 3
pekerja. Dan pemilihan bentuk organisasi yang dilili pun adalag organisasi
garis atau lini. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :
Untuk skala home industry saya
menyusun organisasi dengan menggunakan 4 susunan pekerja dan saya sendiri
sebagai pimpian perusahaan. Pekerja yang digunakn untuk pengolahan bahan baku
berjumlah 2 orang, 1 orang pengemasan dan 1 orang sebagai pemasaran. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi beban pekerja agar tidak memiliki kerja ganda dan
mulai berkonsentrasi pad tugas masing-masing agar usaha yang dijalankan dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
3.3
Pelaksanaan (Actuacting)
3.3.1
Pengolahan Bahan Baku
Dodol atau jenang adalah makanan ringan yang disukai banyak
kalangan. Karena kandungan airnya relatif rendah, tingkat keawetannya makin
tinggi.
Lamanya daya simpan dodol ini juga banyak dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya, aktivitas mikrobia, teknologi pengolahan dengan sanitasinya, sistem pengemasan yang digunakan dan penggunaan bahan pengawet.
Dalam pengolahannya, makanan semi basah merupakan suatu jenis makanan dengan menggunakan bahan pencampur yaitu tepung beras ketan. Tepung beras ketan ini digunakan sebagai bahan campuran dan bahan pengikat agar diperoleh tekstur yang dikehendaki.
Lamanya daya simpan dodol ini juga banyak dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya, aktivitas mikrobia, teknologi pengolahan dengan sanitasinya, sistem pengemasan yang digunakan dan penggunaan bahan pengawet.
Dalam pengolahannya, makanan semi basah merupakan suatu jenis makanan dengan menggunakan bahan pencampur yaitu tepung beras ketan. Tepung beras ketan ini digunakan sebagai bahan campuran dan bahan pengikat agar diperoleh tekstur yang dikehendaki.
Alat
Mesin pengaduk
Alat penggiling
Mesin pengaduk
Alat penggiling
Pisau
Tungku pembakaran
Cetakan/ baki
Timbangan
Tungku pembakaran
Cetakan/ baki
Timbangan
Bahan
Nanas
70 kg
Tepung
7 kg
Garan
¼ ons
Mentega
2 ons
Gula
20 kg
Cara
pembuatan
1. Kupas kulit Nanas dan hilangkan matanya kemudian dicuci dan
dipotong kecil agar mudah dilakukan penggilingan/ penghancuran.
2. Daging nanas dihancurkan dengan cara diparut atau diblender.
Campurkan nanas yang sudah dihancurkan, dengan tepung beras dan garam.
3.
Setelah adonan mulai mengental , dan kadar
airnya habis, masukkan gula putih. Tunggu hingga gulanya benar larut.
4. Aduk
adonan menggunakan adonan mesin selama 8 jam
secara terus menerus
5. Angkat dan masukkan
dalam cetakan.Diamkan hingga 24 jam Bila sudah dingin, dipotong-potong dengan
ukuran menurut permintaan pasar, kemudian dikemas dengan plastik.
Untuk dodol nanas dari 70 kg nanas
yang di olah, akan menghasilkan dodol yang telah jadi sebanyak 35 kg
perharinya,
Setelah
dilakukan pengolahan dodol kemudian dilakukan pengemasan oleh satu orang sesuai
organisasi yang dibuat. Setelah dilakukan pengemasan menjadi beberapa jenis dan
bentuk kemudian dodol dipasarkan ketempat-tempat yang telah ditentukan seperti
ruko-ruko yang berada dikota untuk wisata oleh-oleh kemudian menyiapkan kemasan
yang nantinya akan dipasarkan kekota-kota besar diluar kota Jambi .
3.4
Pengawasan (Controling)
3.4.1
Masalah yang Dihadapi Dalam Usaha Dodol Nanas
Untuk
proses pengolahan dodol nanas tidak banyak masalah yang dihadapai. Masalah yang
hadir dalam proses produksi adalah bahan baku untuk pembuatan dodol yaitu
sulitnya mendapatkan nanas yang baik dan matang secara fisiologis. Masalah lain
yaitu dalam pengemasan, pengemasan yang dilakukan oleh masih bersifat manual
sehingga dalam pengemasan sering kali terlambat dari permintaan pasar. Kemudian
resiko yang ada pada usaha ini adalah perbedaan harga disektor kemasan antara
plastik dan kemasan kertas. Masalahnya masih dicoba untuk diatasi oleh bapak
Basolintang dengan cara menaikkan harga kemasan kertas yang dinilai lebih banyak memakan biaya produksi.
Untuk itulah dalam pengawasan ini
harus mengetahui masalh yang dihadapi agar dapat mengurangi resiko dan masalah
yang dihadapi.
3.4.2Analisis
S.W.O.T
a.
Strength ( Kekuatan )
Kekuatan
yang dimiliki saya nantinya berupa pengalaman yang banyak dari hasil belajarnya
secara otodidak maupun dari hasil studi bandingnya yang dikirim oleh Dinas
Jambi untuk mengikuti pelatihan pembuatan dodol di Garut Jawa Tengah. Kekuatan
lain yang dimiliki berupa jaringan yang kuat dan mempunyai banyak teman dan
kenalan sehingga memudahkan dalam pemasaran produk dodol nanas hingga keluar
kota.
b.
Weaknees ( Kelemahan )
Kelemahan
yang ada pada produk dodol nanas ini terdapat pada lamanya proses produksi yang
sebagian besar masih mengandalkan tenaga manual dalam pengemasan.
c.
Opportunity ( Peluang )
peluang
yang ada dalam usaha pembuatan dodol nanas ini masih besar jika dilihat dari
permintaan. Permintaan akan dodol nanas ini masih sangat besar namun pengusaha
untuk pembuatan dodol nanas ini masih minim
d.
Threats ( Ancaman )
Ancaman
terletak pada saat krisisnya buah nanas pada musim trek buah nanas yang terjadi
penurunan penjualan.
3.4.3
Pengawasan Terhadap Karyawan
Dalam
melakukan usaha dodol nanas ini kita harus selalu mengontrol hasil kerja setiap
waktu seperti pengawasan pengolahan bahan baku, modal masuk dan modal keluar
kemudian tujuan pemasaran. Untuk karyawan sendiri untuk meningkatkan kinerjanya
diperlukan dorongan semangat. Untuk dorongan semangat ini saya akan memberikan
reward kepada para karyawan dan pemberian dodol nanas setiap minggunya kepada
pegawai agar pegawai selalu semangat dalam bekerja.
3.4.4
Pengawasan Aspek Finansial atau Keuangan
Modal
untuk usaha dodol dan selai nenas ini plus biaya operasi selama 1 bulan pertama
adalah Rp 100.000.000 dengan laba bersih 9 juta per bulannya. Sehingga usaha
akan BEP( Break Event Point) pada bulan ke 12 (10 jta x 10 = 100 jt). Kurun
waktu untuk pulang pokok adalah 10 bulan atau bisa dikatakan bahwa PP adalah
kurang dari 1 tahun, sedangkan nilai ekonomis dari peralatan adalah 5 tahun.
Dapat disimpulkan bahwa PP lebih kecil dari umur investasi sehingga usaha ini
dinilai dari PP-nya adalah baik.
-
Perhitungan keuntungan
bersih per bulan= omset – biaya operasi
= Rp 33.000.000 – Rp
23.000.000
= Rp 10.000.000
Dan keuntungan bersih per tahun adalah
10.000.000 x 12 = Rp 120.000.000
Membandingkan dengan rate on return
, Rata-rata EAT= 100.000.000
Rata-rata investasi = Rp
90.000.000/2
= Rp 45.000.000
ARR = 100.0000 / 45.000.000
= 22 %
Diketahui bahwa total PV = Rp
200.000.000, sehingga dapat dihitung NPV = PV – Investasi
= 200.000.000 – 90.000.000
= Rp 110.000.000
Dengan demikian usaha yang
dilakukan dikatakan layak karena hasil NPV adalah positif yaitu Rp.
110.000.000,-.
BAB
VI
PENUTUP
Memenuhi komitmen ketahanan pangan
yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan pangan dan budaya lokal,
pemerintah telah menetapkan UU No 25 tahun 2000 mengenai program peningkatan
pangan. Tangkit Baru merupakan kawasan sentra
Home Industri khususnya untuk olahan buah nenas, yang masih termasuk daerah Kec.
Sungai Gelam, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi. lebih kurang 15 km dari pusat kota
Jambi. Awal terciptanya bermacam olahan buah nanas ini disebabkan melimpahnya
hasil produksi nenas di Desa Tangkit Baru yang tidak lagi tertampung oleh pasar
sehingga banyak nenas yang busuk dan terbuang percuma dan hanya menjadi sampah
di pinggir sepanjang jalan Desa Tangkit Baru dan menimbulkan bau yang tidak
sedap. Dari sinilah, beberapa orang mencoba membuat olahan buah nenas seperti
Dodol Nenas, Salai Nanas, Selai Nenas Goreng dan beberapa variasi olahan nenas
lainnya, hingga pada tahun 1998 mulailah bermunculan home-home industri yang
memproduksi olahan buah nenas dan jenis makanan lainnya.
Berdasarkan
analisis usaha study kelayakan yang sudah dibuat bahwa usaha dodol nenas milik
H. Baso Lintang layak untuk dilakukan dan dikembangkan karena memberikan NPV
yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment