MANAJEMEN PENGOLAHAN DODOL NANAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Memenuhi komitmen ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan pangan dan budaya lokal, pemerintah telah menetapkan UU No 25 tahun 2000 mengenai program peningkatan pangan. Salah satu tujuan program tersebut memuat tentang upaya meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan konsumsi pangan yang bersumber dari hortikultura dan produk olahannya dalam upaya menjamin ketersediaan gizi masyarakat (Nainggolan, 2004). Dari penjabaran Undang – Undang tersebut kebijakan penganekargaman pangan dilakukan antara lain dengan mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pangan. Berdasarkan hal tersebut pengembangan pangan tradisional diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk pangan tradisional serta frekwensi promosi.
             Awal terciptanya bermacam olahan buah nanas ini disebabkan melimpahnya hasil produksi nenas di Desa Tangkit Baru yang tidak lagi tertampung oleh pasar sehingga banyak nenas yang busuk dan terbuang percuma dan hanya menjadi sampah di pinggir sepanjang jalan Desa Tangkit Baru dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari sinilah, beberapa orang mencoba membuat olahan buah nenas seperti Dodol Nenas, Salai Nanas, Selai Nenas Goreng dan beberapa variasi olahan nenas lainnya, hingga pada tahun 1998 mulailah bermunculan home-home industri yang memproduksi olahan buah nenas dan jenis makanan lainnya. Hasil produksi Home Industri yang berada di Desa Tangkit Baru kini sudah banyak di jumpai di Swalayan-swalayan dan supermarket yang berada di Kota Jambi dan sekitarnya dengan berbagai jenis olahan yang berbahan dasar buah nenas.
            Pengolahan produk nenas ini merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kehilangan hasil panen saat panen raya. Dalam keadaan segar buah – buahan dengan kadar air yang cukup tinggi tidak dapat bertahan bila disimpan lama. Kandungan air yang tinggi akan mengundang mikrooraginsme untuk tumbuh yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan. Oleh karena itu untuk menghasilkan produk olahan nenas yang berkualitas dimulai dari penanganan bahan baku yang baik sesuai dengan tujuan penggunaan selanjutnya. Nenas yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk olahan harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Karena hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir nantinya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2007). Disamping itu juga pengananan bahn baku yang baik akan mengurang kontaminasi sejak awal proses, sehingga pada tahap selanjutnya kualitas bahan baku dapat dipertahankan.
Permintaan pasar dalam negeri (domestik) terhadap buah nenas terutama untuk konsumsi buah segar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan serta permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Dilain pihak permintaan pasar dunia terhadap buah nenas juga terus meningkat cukup besar, hal ini dapat dilihat dari data BPS yang menyatakan bahwa permintaan nenas menempati peringkat ke dua setelah pisang, terutama dalam bentuk kalengan (canning) disamping buah segar. Di Indonesia penyebaran tanaman nenas sudah hampir merata di semua daerah, sehingga setiapmlapisan masyarakat mengenal buah nenas. Hal ini disebabkan kondisi agroklimatologis di wilayah Indonesia sangat cocok untuk budidaya nenas. Terbukti di semua provinsi Indonesia sudah mengembangkan tanaman nenas ini. Daerah produsen nenas paliig luas adalah Propinsi Jawa Timur mencapai 124.027 ha, kemudian disusul Sumatera Utara 19.480 ha, Riau 8.469 ha, Sumatera Selatan 4.833 ha, Jawa Barat 3.465 ha. Sedangkan propinsi lainnya di bawah 1.500 ha ( Pikiran Rakyat, 2 Mei 1992).
Desa Tangkit Baru, Kecamatan Kurnpeh Ulu, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi adalah salah satu sentra produksi nanas yang cukup besar, dimana luas lahan yang ditanami nanas adalah sekitar 660 hektar, desa tersebut merupakan daerah baru yang penduduknya sebagian besar berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis) dan mempakan transmigrasi swakarsa mandiri yang cukup sukses dalam peningkatan pendapatan petaninya melalui budidaya nanas, sehingga dengan keberhasilannya desa tersebut di daerah Jambi terkenal dengan desa "agribisnis". Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih judul tentang usaha rumah tangga/agroindustri di Tangkit Baru, Jambi ini.



1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan  masalah dalam proposal ini adalah sebagai berikut:
-          Mengenal tentang tata cara pembuatan dodol
-          Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh pengusaha agar produksinya meningkat?
-          Tata cara apa saja untuk menjalankan usaha dengan menerapkan fungi manajemen?

1.3 Tujuan dan Manfaat
-          Menngetahui tentang asal-usul dodol
-          Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam usaha pembuatan dodol
-          Mengetahui tentang cara pengolahan dodol yang baik




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dodol
Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian yang termasuk dalam jenis makanan yang mempunyai sifat agak basah sehingga dapat langsung dimakan tanpa dibasahi terlebih dahulu (rehidrasi) dan cukup kering sehingga dapat stabil dalam penyimpanan. Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture Food) yang mempunyai kadar air 10-40 %; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak; mempunyai sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan. (Astawan dan Wahyuni, 1991)
Buah-buahan kadang juga ditambahkan untuk memberikan rasa yang diinginkan. Dodol yang berkualitas baik adalah dodol dengan tekstur yang tidak terlalu lembek, bagian luar mengkilap akibat adanya pelapisan gula atau glazing, rasa yang khas dan jika mengandung minyak tidak terasa tengik. Beberapa jenis dodol yang berlemak menjadi tengik akibat adanya kerja enzim lipase yang tahan panas dan adanya reaksi oksidasi (Setiawihardja, 1994).
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras ketan, gula pasir dan garam. Tepung beras ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi sehingga memberi sifat elastis pada produk dodol. Santan yang mengandung lemak memberi efek rasa yang lezat dan tekstur akan lebih kalis. Sedangkan jenis gula yang digunakan bisa gula pasir ataupun gula merah. Dalam hal ini gula akan memberi efek rasa manis, aroma dan warna coklat. Selain itu gula juga berperan sebagai pengawet dan membantu dalam pembentukan tekstur.

2.2 Definisi dan Klarifikai Nanas
Nanas merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak disukai masyarakat, karena rasa buahnya yang manis, lezat dan aroma yang harum dengan warna dan bentuk yang menarik. Nanas mengandung vitamin C yang tinggi disamping vitamin A dan Vitamin B serta mineral lainnya. Nilai gizi nanas yang tinggi berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri makanan dan minuman.
            Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik. Klasifikasi tanaman nanas adalah:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr.
            Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah  lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Subang, Bogor dan Palembang (Kementrian Riset dan Teknologi, 2000). Buah nanas yang sudah masak biasanya mengeluarkan bau (ganda) nanas. Tanda-tanda lain adalah jarak mata-mata sudah melebar, tepinya agak membundar dan agak mendatar (ceper) bentuknya. Untuk jenis-jenis nanas yang termasuk golongan yang menguning buahnya, kalau masak dapat juga dipergunakan warna dari buah itu. Untuk jenis-jenis nanas yang termasuk golongan yang tidak menguning kulit buahnya dengan sendirinya perubahan warna kulit tidak dapat diginakan sebagai tanda tentang kemasakan buah Buah nanas yang telah matang tidak tahan lama, 4-5 hari setelah panen sudah mulai membusuk. Bagian yang dapat dimakan buah nanas mengandung air sebanyak 85%, protein 0,4%, gula 14%, lemak 0,1%, serat 0,5%, serta banyak mengandung vitamin A dan B.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Usaha
3.1.1 Perencanaan Jenis Usaha
            Jenis usaha yang dijalankan adalah bersifat home industry dengan kondisi lingkungan yang digunakan adalah berupa rumah kecil yang dilengkapi dengan dapur untuk memasak dan  ruko kecil untuk menampung tempat usaha pembuatan dodol nanas. Usaha yang dikerjakan adalah berupa makanan khas betawi yaitu dodol, namun yang berbeda adalah dodol dengan bahan baku nanas yang mempunyai cita rasa yang berbeda antara rasa manis dan rasa asam dari nanas muda itu sendiri. Dengan dibuatnya dodol dengan cita rasa yang berbeda ini akan menambah makanan khas dar:i Indonesia yang nanantinya akan menjadi makanan oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Jambi.

3.1.2 Perencanaan Tempat Usaha
            Usaha dodol nanas ini rencananya akan dikerjakan didaerah Desa Tangkit Baru ysng mempunyai sumber daya nanas yang melimpah. Nanas didaerah Desa Tangkit Baru ini terkadang tidak terjual habis akibat panen yang berlebihan dan tidak dapat lagi tertampung oleh pasar. Maka dari itu saya ingin membangun usaha didaerah Desa Tangkit Baru. Selain itu usaha dodol nanas ini didaerah Desa Tangkit Baru tidak banyak memiliki pesaing.

3.1.3 Perencanaan Modal Usaha
            Modal awal usaha tahun pertama  dalam menjalankan usahanya adalah Rp 2000.000. usaha yang dijalankan pertama kali masih merupakan usaha kecil yanng hanya bisa memasarkan kewarung sekitar rumah karena dodol nanas ini belum bisa bertahan lama. Dengan beberapa tahun percobaan maka mulai didapatkan formulasi dodol yang dapat bertahan lama. Modal yang didapatkan adalah dari hasil tabungan sendiri dan bukan didapat dari bantuan pemerintah maupun bank.
            Pada tahun ke2  usaha pembuatan dodol nanas ini menjadi meningkat sehingga diperlukan alat-alat yang canggih yang dapat membuat dodol secara efektif dan efisisen sehingga dibuatlah pembuatan pengadukan dodol menggunakan gardan mobil.
            Setelah tahun ke 5 mulai membangun usaha yang besar dengan menyiapkan gedung, alat-alat pemasaran dan pengolahan dodol nanas. Total keseluruhan modal yang dikeluarkan untuk pembangunan ini sebesar Rp 100.000.000 dana yang didapat merupakan tabungan dari beberapa hasil jualan selama beberapa tahun bisa juga didapatkan dari bantuan pemerintah maupun Bank.


3.1.4  Perencanaan Pemasaran
            Jumlah bahan baku yang direncanakan dalam satu kali produksi adalah 70 kg dengan menghasilkan 35 kg dodol nanas. Rencana pemasara ini akan dilakukan ke kota Besar seperti pusat kota Jambi,Pekanbaru dan Batam.
            Pemasaran pertamakali usaha yaitu melalui penitipan dodol nanas diwarung-warung sekitar rumah. Pada tahun pertama mulai berproduksi skala besar dengan menjual hasil olahan dodol nanas kekota dan ruko-ruko besar. Pada tahun  kelima mulai memasarkan dodol nanasnya ke Pekanbaru dengan menggunakan label penjualan yang ada di Pekanbaru. Perlunya memiliki mitra kerja dengan hanya memberikan bahan olahan yang telah jadi kepada pengusah yang ada di Pekanbaru tanpa memasarkan secara langsung. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemasaran dengan cara memakai label yang telah dikenal oleh masyarakat yang ada di Pekanbaru. Pada akhir tahun ini rencana pemasaran dodol nanas akan mulai ditingkatkan dengan carta menjual dodol nanas ke daerah Batam dengan metode yang sama seperti penjualan ke Pekanbaru.


3.2 Pengorganisasian
3.2.1 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
            Sumber Daya Alam ( SDA ) untuk proses pengolahan dodol nanas didapatkan dari sekitar lingkungan Desa Tangkit Baru dan dari lahan pribadi yang dimiliki. Untuk sumber daya manusia ( SDM ) didapatkan dari Desa Tangkit Baru dan dari keluarga . Pada awalnya SDM ini perlu dilatih untuk mendapatkan hasil kerja yang baik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. SDM yang digunakan sebagian besar adalah wanita yang masih muda yang memiliki semangat kerja yang tinggi. SDM terlebih dahulu harus dilatih untuk membuat dodol yang baik.
Aspek Organisasi/Manajemen
            Struktur usaha ini sangat sederhana yaitu terdiri pemilik usaha/pemodal , manajer dan 3 pekerja. Dan pemilihan bentuk organisasi yang dilili pun adalag organisasi garis atau lini. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :
           
Untuk skala home industry saya menyusun organisasi dengan menggunakan 4 susunan pekerja dan saya sendiri sebagai pimpian perusahaan. Pekerja yang digunakn untuk pengolahan bahan baku berjumlah 2 orang, 1 orang pengemasan dan 1 orang sebagai pemasaran. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban pekerja agar tidak memiliki kerja ganda dan mulai berkonsentrasi pad tugas masing-masing agar usaha yang dijalankan dapat berjalan secara efektif dan efisien.


3.3 Pelaksanaan (Actuacting)
3.3.1 Pengolahan Bahan Baku
Dodol atau jenang adalah makanan ringan yang disukai banyak kalangan. Karena kandungan airnya relatif rendah, tingkat keawetannya makin tinggi.
Lamanya daya simpan dodol ini juga banyak dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya, aktivitas mikrobia, teknologi pengolahan dengan sanitasinya, sistem pengemasan yang digunakan dan penggunaan bahan pengawet. 
Dalam pengolahannya, makanan semi basah merupakan suatu  jenis makanan dengan menggunakan bahan pencampur yaitu tepung beras ketan. Tepung beras ketan ini digunakan sebagai bahan campuran dan bahan pengikat agar diperoleh tekstur yang dikehendaki.
Alat
Mesin pengaduk
Alat penggiling
Pisau
Tungku pembakaran
Cetakan/ baki
Timbangan
Bahan
Nanas 70 kg
Tepung 7 kg
Garan ¼ ons
Mentega 2 ons
Gula 20 kg
Cara pembuatan

1.      Kupas kulit Nanas dan hilangkan matanya kemudian dicuci dan dipotong kecil agar mudah dilakukan penggilingan/ penghancuran.
2.      Daging nanas dihancurkan dengan cara diparut atau diblender. Campurkan nanas yang sudah dihancurkan, dengan tepung beras dan garam.
3.       Setelah adonan mulai mengental , dan kadar airnya habis, masukkan gula putih. Tunggu hingga gulanya benar larut. 
4.      Aduk adonan menggunakan adonan mesin selama 8 jam  secara terus menerus
5.       Angkat dan masukkan dalam cetakan.Diamkan hingga 24 jam Bila sudah dingin, dipotong-potong dengan ukuran menurut permintaan pasar, kemudian dikemas dengan plastik.

Untuk dodol nanas dari 70 kg nanas yang di olah, akan menghasilkan dodol yang telah jadi sebanyak 35 kg perharinya,
            Setelah dilakukan pengolahan dodol kemudian dilakukan pengemasan oleh satu orang sesuai organisasi yang dibuat. Setelah dilakukan pengemasan menjadi beberapa jenis dan bentuk kemudian dodol dipasarkan ketempat-tempat yang telah ditentukan seperti ruko-ruko yang berada dikota untuk wisata oleh-oleh kemudian menyiapkan kemasan yang nantinya akan dipasarkan kekota-kota besar diluar kota Jambi .

3.4 Pengawasan (Controling)
3.4.1 Masalah yang Dihadapi Dalam Usaha Dodol Nanas
            Untuk proses pengolahan dodol nanas tidak banyak masalah yang dihadapai. Masalah yang hadir dalam proses produksi adalah bahan baku untuk pembuatan dodol yaitu sulitnya mendapatkan nanas yang baik dan matang secara fisiologis. Masalah lain yaitu dalam pengemasan, pengemasan yang dilakukan oleh masih bersifat manual sehingga dalam pengemasan sering kali terlambat dari permintaan pasar. Kemudian resiko yang ada pada usaha ini adalah perbedaan harga disektor kemasan antara plastik dan kemasan kertas. Masalahnya masih dicoba untuk diatasi oleh bapak Basolintang dengan cara menaikkan harga kemasan kertas yang dinilai  lebih banyak memakan biaya produksi.
Untuk itulah dalam pengawasan ini harus mengetahui masalh yang dihadapi agar dapat mengurangi resiko dan masalah yang dihadapi.

3.4.2Analisis S.W.O.T
a. Strength ( Kekuatan )
            Kekuatan yang dimiliki saya nantinya berupa pengalaman yang banyak dari hasil belajarnya secara otodidak maupun dari hasil studi bandingnya yang dikirim oleh Dinas Jambi untuk mengikuti pelatihan pembuatan dodol di Garut Jawa Tengah. Kekuatan lain yang dimiliki berupa jaringan yang kuat dan mempunyai banyak teman dan kenalan sehingga memudahkan dalam pemasaran produk dodol nanas hingga keluar kota.

b. Weaknees ( Kelemahan )
            Kelemahan yang ada pada produk dodol nanas ini terdapat pada lamanya proses produksi yang sebagian besar masih mengandalkan tenaga manual dalam pengemasan.
c. Opportunity ( Peluang )
            peluang yang ada dalam usaha pembuatan dodol nanas ini masih besar jika dilihat dari permintaan. Permintaan akan dodol nanas ini masih sangat besar namun pengusaha untuk pembuatan dodol nanas ini masih minim
d. Threats ( Ancaman )
            Ancaman terletak pada saat krisisnya buah nanas pada musim trek buah nanas yang terjadi penurunan penjualan.

3.4.3 Pengawasan Terhadap Karyawan
            Dalam melakukan usaha dodol nanas ini kita harus selalu mengontrol hasil kerja setiap waktu seperti pengawasan pengolahan bahan baku, modal masuk dan modal keluar kemudian tujuan pemasaran. Untuk karyawan sendiri untuk meningkatkan kinerjanya diperlukan dorongan semangat. Untuk dorongan semangat ini saya akan memberikan reward kepada para karyawan dan pemberian dodol nanas setiap minggunya kepada pegawai agar pegawai selalu semangat dalam bekerja.

3.4.4 Pengawasan Aspek Finansial atau Keuangan
            Modal untuk usaha dodol dan selai nenas ini plus biaya operasi selama 1 bulan pertama adalah Rp 100.000.000 dengan laba bersih 9 juta per bulannya. Sehingga usaha akan BEP( Break Event Point) pada bulan ke 12 (10 jta x 10 = 100 jt). Kurun waktu untuk pulang pokok adalah 10 bulan atau bisa dikatakan bahwa PP adalah kurang dari 1 tahun, sedangkan nilai ekonomis dari peralatan adalah 5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa PP lebih kecil dari umur investasi sehingga usaha ini dinilai dari PP-nya adalah baik.
-          Perhitungan keuntungan bersih per bulan= omset – biaya operasi
= Rp 33.000.000 – Rp 23.000.000
= Rp 10.000.000
 Dan keuntungan bersih per tahun adalah 10.000.000 x 12 = Rp 120.000.000
Membandingkan dengan rate on return , Rata-rata EAT= 100.000.000
Rata-rata investasi = Rp 90.000.000/2
                              = Rp 45.000.000

ARR = 100.0000 / 45.000.000
         = 22 %
Diketahui bahwa total PV = Rp 200.000.000, sehingga dapat dihitung NPV = PV – Investasi
                                          = 200.000.000 – 90.000.000
                                         = Rp 110.000.000
Dengan demikian usaha yang dilakukan dikatakan layak karena hasil NPV adalah positif yaitu Rp. 110.000.000,-.


BAB VI
PENUTUP

Memenuhi komitmen ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan pangan dan budaya lokal, pemerintah telah menetapkan UU No 25 tahun 2000 mengenai program peningkatan pangan. Tangkit Baru merupakan kawasan sentra Home Industri khususnya untuk olahan buah nenas, yang masih termasuk daerah Kec. Sungai Gelam, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi. lebih kurang 15 km dari pusat kota Jambi. Awal terciptanya bermacam olahan buah nanas ini disebabkan melimpahnya hasil produksi nenas di Desa Tangkit Baru yang tidak lagi tertampung oleh pasar sehingga banyak nenas yang busuk dan terbuang percuma dan hanya menjadi sampah di pinggir sepanjang jalan Desa Tangkit Baru dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari sinilah, beberapa orang mencoba membuat olahan buah nenas seperti Dodol Nenas, Salai Nanas, Selai Nenas Goreng dan beberapa variasi olahan nenas lainnya, hingga pada tahun 1998 mulailah bermunculan home-home industri yang memproduksi olahan buah nenas dan jenis makanan lainnya.
Berdasarkan analisis usaha study kelayakan yang sudah dibuat bahwa usaha dodol nenas milik H. Baso Lintang layak untuk dilakukan dan dikembangkan karena memberikan NPV yang positif.



DAFTAR PUSTAKA









Comments